Tuesday, November 25, 2014

EDUCATIONAL JOURNEY OF PREGNANCY

RS Pertamina Balikpapan bekerjasama dengan Prenagen mengadakan seminar untuk Ibu Hamil bertema :
" Educational Journey of Prenancy" oleh dr Bisma, Sp.OG.
Seminar ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan seputar ibu hamil dan kebutuhannya.







Tuesday, November 18, 2014

PENYULUHAN PENCEGAHAN KANKER CERVIKS - PERTAMINA MOR VI

RS PERTAMINA BALIKPAPAN memberikan penyuluhan tentang pencegahan kanker cerviks bagi wanita kepada ibu2 PWP & Pekerja PERTAMINA MOR VI pada tanggal 19 November 2014..






Tuesday, October 7, 2014

MATA KERING



 Oleh Dr lilik Sujarwati, Sp.M
Dokter Spesialis Mata RS Pertamina Balikpapan

APAKAH MATA KERING?
                Mata kering merupakan suatu keadaan berkurangnya produksi atau meningkatnya proses penguapan air mata. Dalam bahasa medis, kondisi ini disebut Dry Eye Syndroma/ Sindroma Mata Kering (SMK). Mata kering bisa mengganggu aktifitas sehari-hari seperti membaca, di depan komputer, mengemudi, bahkan di saat Anda bekerja sehingga bisa mempengaruhi kualitas hidup Anda.

GEJALA MATA KERING
·         Mata terasa gatal, ngeres, berpasir, panas, terasa seperti terbakar
·         Mata kemerahan
·         Mata berair dan keluar kotoran
·         Pandangan terasa kabur dan akan membaik jika dibantu dengan frekuensi kedipan kelopak mata
·         Rasa tidak nyaman setelah membaca, menghadap layar komputer, maupun ketika “menonton televisi”
·         Lebih nyaman dengan memejamkan mata, terutama di lingkungan yang dingin, berangin dan kelembaban rendah, atau setelah membaca lama
·         Bila sudah parah, mata terasa silau, nyeri dan penglihatan kabur
PENYEBAB MATA KERING
1.      Faktor usia
2.      Jenis kelamin, wanita lebih sering daripada pria
3.      Pemakaian lensa kontak
4.      Pemakaian beberapa jenis obat tertentu, seperti obat darah tinggi, anti glaukoma, obat anti nyeri, obat tidur dan lain-lain
5.      Pengaruh lingkungan, misalnya: debu, asap, AC, dan lain-lain
6.      Kekurangan vitamin A
7.      Penyakit pembuluh darah
8.      Kelainan sendi
9.      Penyakit sistemik atau kerusakan kelenjar air mata
10.  Kurangnya sekresi air mata karena kelainan saraf
11.  Kelainan bawaan sejak lahir
BAGAIMANA MENGOBATI MATA KERING?
·         Gunakan tetes air mata buatan sesuai petunjuk dokter. Tetes air mata  buatan aman digunakan karena memiliki kandungan menyerupai air mata sehingga dapat menggantikan fungsi air mata alami.
·         Gunakan salep pelicin/ pelumas/ pelembab mata saat menjelang tidur.
·         Terapi anti radang (sesuai petunjuk dokter).
·         Mengkonsumsi makanan yang mengandung asam lemak esensial omega 3 dan omega 6.
·         Kompres hangat dan pijat kelopak mata.
·         Cegah penguapan air mata yang berlebihan dengan menggunakan kacamata pelindung untuk mengurangi paparan sinar matahari dan angin.
KIAT SEHAT MENCEGAH MATA KERING
·         Kenakan kacamata untuk melindungi mata dari debu dan asap
·         Pakai kacamata renang saat berenang
·         Usahakan jangan terlalu lama di ruangan ber AC
·         Bagi pengguna lensa kontak, sebaiknya pilih lensa kontak yang kandungan airnya cukup
·         Jangan lupa lepaskan lensa kontak pada saat tidur
·         Kedipkan mata lebih sering agar terhindar dari mata kering, khususnya bagi Anda yang harus berada di depan komputer dalam waktu lama
·         Konsumsi makanan yang mengandung anti oksidan, seperti: jeruk, sirsak, pepaya, tomat dan sayur-sayuran

Monday, September 22, 2014

TERAPI LASER UNTUK MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN CEDERA



Oleh

Dr. Mochamad Naqsjabandi Sp.RM
Dokter Spesialis Rehab Medik
RS Pertamina Balikpapan


Cedera dapat kita temui sehari – hari seperti cedera olah raga, cedera rumah tangga misalnya tersayat pisau dapur, luka tembus benda tajam, terkilir dan masih banyak lagi contoh lainnya. Cedera umumnya mempunyai beberapa ciri diantaranya bengkak, berwarna kemerahan, terasa hangat saat diraba, fungsi organ yang terkena cedera menjadi menurun, bahkan bisa terlihat adanya robekan di kulit dan keluarnya darah saat cedera.
            Menurut North American Association of Laser Therapy (NAALT), menyatakan bahwa Laser ( Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation ) dapat digunakan sebagai terapi modalitas fisik yang menggunakan energy cahaya dari spectrum visible dan infra merah untuk penyembuhan jaringan dan pengurangan nyeri.
            Dalam bidang Rehabilitasi Medik dan Fisiotherapi, teknologi Laser sudah digunakan semenjak tahun 1970 di negara Eropa dan Asia, sedangkan di Amerika sedikit terlambat mulai digunakan tahun 1980. Pada tahun 2002 FDA ( Food and Drugs Administration ) Amerika menyatakan bahwa, terapi Laser dengan jenis Low Level laser atau Cold Laser atau disebut juga Low Level Laser Therapy (LLLT) aman digunakan untuk pengobatan tanpa effek samping.
            Low level Laser bila peak powernya kurang dari 500 milli watts contohnya adalah Laser Helium-neon dan Infra merah. Sedangkan High level Laser bila peak powernya diatas 500 milli watts, contohnya green laser yang banyak digunakan dalam bidang pembedahan.
            Cara kerja jenis Low level Laser dengan panjang gelombang bervariasi diantaranya 620 - 800  nm mempunyai titik tangkap pada mitokondria, reaksi fotokimia pada mitokondria sebagai pusat pernafasan sel akan meningkatkan ATP ( Adenosin Triphosphat ) untuk energy sel, sehingga sel akan berfungsi lebih baik lagi. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya penyembuhan peradangan, penyembuhan jaringan tubuh, pertumbuhan jaringan baru mengganti jaringan yang rusak, meningkatkan perbaikan pembuluh darah, meningkatkan perbaikan system kelenjar limphatik, dan meningkatkan system kekebalan tubuh.
            Aplikasi laser pada cedera umumnya antara 10 – 20 menit tergantung luas area yang akan diterapi. Dan biasanya effek terapi yang diharapkan seperti hilangnya nyeri serta bengkak tercapai setelah 5 kali terapi secara teratur atau lebih cepat lagi.
            Keunggulan penggunaan modalitas terapi Laser adalah : Tidak infasif (melukai), tidak mempunyai effek samping, dan waktu yang dibutuhkan singkat.
Hanya saja yang perlu dihindari adalah pemaparan pada mata, jaringan dengan tanda-tanda keganasan, janin, dan bagian dari tulang yang masih tumbuh.







Tuesday, September 16, 2014

ASMA, bolehkah hamil?



oleh dr. Subagyo, Sp.P
Dokter Spesialis Paru
RS Pertamina Balikpapan
 
Tujuan pengobatan asma adalah mendapatkan asma yang terkontrol, yaitu keadaan yang optimal yang menyerupai orang sehat sehingga penderita dapat melakukan aktivitas seperti orang normal sehingga kualitas hidup penderita meningkat. Pada kondisi tertentu seperti kehamilan, puasa, infeksi saluran napas dll, pengobatan asma memerlukan perhatian khusus atau perubahan penatalaksanaan dari yang sudah ada dalam pedoman penatalaksanaan.

Selama  kehamilan, derajad keparahan penyakit asma bisa berubah sehingga memerlukan pengaturan jenis dan dosis obat yang dipakai. Penelitian retrospektif penyandang asma dengan kehamilan memperlihatkan bahwa selama kehamilan 1/3 penderita mengalami perburukan penyakit, 1/3 mengalami perbaikan dan 1/3 sisanya tidak mengalami perubahan derajad keparahan. Tidak ada pola yang khas apakah kehamilan pertama lebih baik atau buruk dan juga kehamilan berikutnya. Juga tidak harus sama apabila kehamilan pertama keadaan asmanya memburuk maka kehamilan berikutnya pasti memburuk, dan sebaliknya.

Pemberian obat selama kehamilan harus hati-hati, apalagi bila obat tersebut bekerja sistemik. Namun asma yang tidak terkontrol bisa menimbulkan masalah pada bayi berupa peningkatan kematian perinatal, pertumbuhan janin terhambat dan lahir prematur, peningkatan kejadian operasi Caesar, berat badan lahir rendah dan perdarahan postpartum. Prognosis bayi yang lahir dari ibu penyandang asma yang terkontrol total sama dengan prognosis bayi yang lahir dari ibu bukan penderita asma. 

Karena itu mengontrol asma selama kehamilan sangat penting untuk mencegah keadaan yang tidak diinginkan   pada ibu maupun janin yang dikandungnya. Apabila disiapkan sejak awal dengan baik, maka kehamilan dan persalinan akan berjalan normal sesuai dengan yang diharapkan. Umumnya semua obat asma dapat dipakai saat hamil kecuali yang mengandung komponen alfa-adrenergik, bromfeniramin dan epinefrin. Kortikosteroid sangat bermanfaat untuk mengontrol asma dan mencegah serangan akut atau eksaserbasi selama kehamilan. Bila terjadi serangan, harus segera ditangani secara agresif berupa pemberian inhalasi agonis beta-2, oksigen dan kortikosteroid sistemik.

Kesimpulan, penyandang asma boleh hamil namun perlu dievaluasi dan dipersiapkan dengan baik sehingga asmanya tetap terkontrol. Pemilihan obat pada penyandang asma yang sedang hamil:
  • Obat inhalasi
  • Obat-obat lama yang pernah dipakai pada kehamilan sebelumnya yang sudah terbukti aman.